Kamis, 25 Agustus 2022


 




PARENTING BAGI REMAJA

Oleh : Wahyu Heany Prismawati, AM.Keb

         

Pendahuluan

        Definisi remaja dari beberapa pendapat yang perlu kita ketahui ada beberapa :

A. Remaja adalah  penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, (WHO)

B. Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Peraturan Menteri Kesehatan RI                     Nomor 25 tahun 2014)

C. Remaja adalah usia 10-24 tahun dan belum menikah

        Tentu saja perbedaan pendapat rentang usia remaja tidak perlu menjadi kendala bahkan kita bisa lebih fleksibel dalam implementasi teknis maupun tips parenting bagi anak-anak kita. Worldometer merilis data jumlah penduduk Indonesia hingga 25 April 2022  adalah  3,51 persen dari total penduduk dunia. Dan diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Jumlah pemuda di Indonesia sebanyak 64,92 juta jiwa pada 2021. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah itu setara dengan 23,90% dari total populasi Indonesia.


Komunikasi

Setelah doa benang merah dalam pendidikan usia remaja adalah komunikasi.  Memiliki remaja dalam sebuah keluarga adalah sebuah tantangan ibadah yang tidak bisa dipandang sebelah mata maupun dianggap remeh. Penanaman disiplin, kebiasaan-kebiasaan baik maupun bentuk-bentuk aturan, kesepakatan dan kaidah agama tidaklah mudah. Remaja memiliki kondisi psikologis yang tidak stabil terkait pengaruh hormon, watak bawaan maupun tingkat kecerdasan remaja itu sendiri. Teknis komunikasi yang tepat akan mempermudah para orang tua dalam melakukan pengasuhan. Garis besar komunikasi yang diperlukan dalam hal ini ada bebrapa hal.

  1. Jujur, katakan dengan apa adanya. Remaja yang mendapati kebohongan atas ucapan-ucapan kita akan menjadikan mereka antipati bahkan tidak akan respek lagi dengan kita
  2. Sabahat, penting dalam berkomunikasi dengan remaja, orang tua memposisikan diri sebagai sahabat yang mampu memahami ketidak stabilan emosi yang sering terjadi pada remaja dengan tetap memiliki syarat dan ketentuan
  3. Pendengar yang baik, kemampuan mendengarkan pendapat dan keluhan remaja merupakan salah satu tolo ukur keberhasilan membangun komunikasi dalam pengasuhan. Melalui kemampuan ini orang tua dapat menyimpulkan tentang pengetahuan dan kemampuan anak, juga tentang hal-hal yang disukai dan tidak dikehendaki. Penggalian informasi tentang anak dapat dilakukan disini dengan menjadi pendengar yang baik
  4. Komitmen, remaja cenderung mudah patah arang jika mengetahui pihak lain melakukan pelanggaran sebuah komitmen yang telah dibuat. Apalagi jika yang melanggar komitmen itu adalah orang tuanya yang notabene meraka percaya.
  5. Menjaga rahasia, remaja tidak menyukai jika privasinya diumbar. Simpanlah dengan baik apa yang sudah dikeluhkan maupun apa-apa yang pernah mereka sampaikan kepada kita kecuali telah ada kesepakatan. Hal-hal yang telah kita ketahui tersebut cukup kita jadikan pedoman maupun bahan pertimbangan dalam pengasuhan
  6. Maaf, meminta maaf atas sebuah kesalahan tidak akan menurunkan martabat kita sebagai orang tua. Lakukan jika kita telah membuat kesalahan. Dengan ini remaja akan melakukan hal yang sama jika melakukan sebuah kesalahan. Meminta maaf adalah hal yang tidak mudah dan diperlukan keberanian serta pembiasaan sehingga kita tidak berat melakukannya.
  7. Penghargaan dan penghormatan, remaja akan respek kepada orang tua yang juga menghargai keberadaannya dan menghormati hak-haknya. Penting menghormati pendapatnya dengan tetap pada koridor sesuai dengan kaidah norma agama dan budaya.

Lingkungan

        Jika kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan maka dalam pengasuhan remaja, lingkungan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh cukup besar. Lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan sosial, adalah kehidupan sekumpulam manusia yang ada di suatu lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan ini manusia saling berhubungan dengan masyarakat (Amsyari, 1989).

        Lingkungan sosial yang mempengaruhi dalam pengasuhan remaja adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan di luar keduanya.Di dalam keluarga remaja mencermati dan cenderung mencontoh perilaku anggota keluarga seperti ayah dan ibunya, kakak atau saudara yang tinggal di dalamnya. Di sekolah remaja merekam perilaku guru, teman-teman, staf sekolah dan penghuni sekolah lainnya. Demikian halnya dalam lingkungan di luar keduanya yang memiliki area jauh lebih luas lagi termasuk saat ini dengan pesatnya perkembangan teknologi. Setiap orang mampu mengakses internet dengan leluasa. Setiap orang terpapar dengan berbagai hal baik pemahaman norma dan hal lainnya yang dimungkinkan memberi pengaruh dalam pembentukan sebuah kepribadian.

Besaran pengaruhnya tergantung intensitas dan frekwensi paparan sikap maupun gambaran yang diperoleh remaja baik secara audio maupun visual. Semakin sering gambaran tersebut diperolah maka akan semakin erat terekam di otak remaja dan menjadi sebuah pembiasaan. Sehingga hal-hal baik atau sebaliknya akan terekam dan secara tidak langsung akan menjelma sebuah pola pada sikap dan perilaku para remaja tersebut.

 

Doa orang tua

Adalah hal-hal di luar kompetensi manusia adalah Rida Allah. Satu hal di luar jangkauan manusia. Rida Allah adalah Rida orang tua.

"Ridho Allah itu tergantung ridho kedua orang tua dan murka Allah juga tergantung kepada murka kedua orangtua." (HR. Tirmidzi).

         Sangatlah penting bagi para orang tua untuk senantiasa mengingat hal ini agar terpatri dengan baik di dalam hati sehingga menjadikannya dasar dalam pola pengasuhan pada anak-anak kita terlebih remaja. Ketika ibu berkata semesta merestui. Itu merupakan kalimat yang sering kita dengar. Karena pada hakikatnya di jagad raya ini terhubung jaringan-jaringan “internet” sehingga memungkinkan terjadi sebuah kemistri, sambungan-sambungan rasa bahkan ucapan-ucapan yang mengalir menjadi rangkaian doa.

           Sebagai muslim sejak awal islam memiliki semua panduannya dalam Alquran. Mulai dari norma pernikahan sebagai wadah dalam pendidikan anak, berikhtiar untuk sebuah kehamilan, menghadapi persalinan, memberikan makanan halal dan thoyibah, termasuk memberikan ASI hingga usia dua tahun, penatalaksanaan pada anak dengan kesulitan prestasi dan kenakalan remaja, bahkan sampai dengan mengantarkan ke jenjang pernikahan dan menunaikan tugas atau bekerja. Semua dipaparkan di dalam Alquran untuk dijadikan sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat muslim.

           Belum lagi keluarga-keluarga pilihan yang Allah contohkan di dalamnya seperti pola pengasuhan Nabi Muhammad SAW. Beliau menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan beliau tidak malu menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada putrinya, Fatimah Azahra, di hadapan orang lain sekalipun. Hingga perilaku tersebut menular kepada Fatimah.

          Kemudian Nabi Ibrahim, AS yang menunjukkan rasa cinta dan sayang kepada anak keturunannya melalui doa. Kita ketahui seperti apa keturunan Nabi Ibrahim AS. Lantas kita mengenal juga Nabi Yakup AS yang sangat piawai dalam menciptakan kenyamanan berkomunikasi dengan anaknya sehingga Nabi Yusuf AS tidak segan-segan menceritakan mimpinya. Nabi Yakup AS juga memahami perbedaan sifat anak-anaknya sekaligus menjaga agar mereka senantiasa saling menyayangi. Sebagaimana pada Surat Yusuf ayat 5. Tidak ada adu domba di dalamnya,

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”

       Kemudian yang tidak kalah fenomenalnya adalah Nabi Luqman AS. Allah menganugerahkan kepadanya kemampuan memberikan kebijaksanaan dan nilai-nilai kebaikan kepada anaknya. Dalam Alquran Surat 31, Luqman ayat 16 yang artinya :

(Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.” (QS. Luqman 31 : 16)

Diterangkan Nabi Luqman AS memiliki sikap yang manis dan lembut kepada anaknya, mengajarkan tentang nilai kejujuran, mengingatkan anaknya untuk menjadi orang yang rendah hati tidak sombong sepanjang hidup dan menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini terekam dalam Alquran Surat Luqman ayat 18 yang artinya:

 "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Luqman 31:18)

Lebih detil lagi Alquran menerangkan tentang pergaulan dalam islam. Sebuah tema yang cukup popular dalam pendidikan remaja. Pergaulan sesuai syariat islam.

            Allah menciptakan perbedaan dengan adanya laki-laki dan perempuan dengan keunikan masing-masing dan memerintahkan kepada kita untuk saling menghargai dan berinteraksi sesuai dengan syariat islam. Lebih lanjut Alquran juga mengisyaratkan bahwa pergaulan atau lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang termasuk remaja. Isyarat agar bergaul dengan orang-orang sholih ini dapat kita baca dalam beberapa ayat Alquran yaitu :

1.      Surat At Taubah ayat 119 yang artinya :

“Dan hendaklah kamu bersama dengan orang-orang yang benar (Jujur)”

2.      Asy Syuara ayat 99-101 yang artinya :

“Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa, maka kami tidak memberi syafaat seorangpun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab”

3.      Al Imron ayat 118 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang di luar kalanganmu karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemadhorotan bagimu”

 

Dan norma agar menjaga diri dalam pergaulan diatur dalam Alquran Surat Annur ayat 31 – 32 yang artinya :

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya”

Bentuk dari implementasi panduan di atas tentu saja dengan mengarahkan remaja dan keluarga kita kepada pergaulan yang sehat pergaulan yang baik serta memberikan teladan sebagai para orang tua yang sholih dan sholikhah yang senantiasa memperbaiki diri, menjaga dari segala bentuk maksiat.

Cukuplah Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagai penuntun ibadah kita. Ibadah tertinggi, dimana mempersiapkan keturunan yang sholih dan sholihah agar dapat kita jadikan kunci surga dan penerus doa ketika kita sudah wafat.

 

Dari Abu Hurairah RA berkata :

“Rasulullah bersabda, apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga. Yaitu sedekah jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan kepadanya” (HR.Muslim)

Anak adalah asset dunia dan akhirat yang keberadaannya seperti dua sisi mata uang. Saling berlawanan. Beberapa bahkan sering menjadikannya sebuah alas an untuk tidak memiliki anak yang banyak karena khawatir tidak mampu mendidik dengan baik. Bagaimana kalau kita mengambil kesimpulan dari sudut yang berbeda. Berjuang untuk mampu memberikan contoh yang baik agar mereka meneladani. Karena mereka adalah kunci surga bagi kita para orang tua.

 

“Ku sesaki kalbu kalian dengan ayat-ayat sajdah

ku patri agar membekas hingga jelmakan kendali pada sayap-sayap kalian

rinai kajian ku urai ku sajikan dalam rindu yang membelenggu langkahku

agar istiqomah lakuku selaku inang

tak goyah meski raga terkoyak dan jiwa tersobek seribu sembilu

ku kan tetap di sisi kalian membayang agar langkah indah tak surut

menggamit agar titian tak runtuh

memeluk agar tangisan berganti senandung

bertepuk agar laju langkah kalian

memekik agar kalian rasakan gundahku

terus teruskan saja hingga padam bara maksiat

hingga ujung tepian takdir menjemput

satu saja ku kan berpinta pada kalian

doa-doa kalian ketika barzahku membentang

hingga penantian akhir zaman bukan nestapa”

 

                                                                        Tanjungpandan, 25 Agustus 2022

 

   Dia adalah Wahyu Heany Prismawati, AM.Keb seorang bidan yang memiliki hasrat besar menulis. Semasa sekolah menengah sering berkirim puisi di majalah lokal. Namun sekarang  terkendala dengan kesibukannya sebagai ASN di Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung. Dia memilki seorang suami dan dua orang putra. Terlahir sebagai putri pertama pasangan bapak dan  ibu guru di sebuah desa kecil di Kabupaten Purworejo. Usai mengikuti Program Pendidikan Bidan Aisyiyah di Yogyakarta, awal tahun 1992 hijrah menunaikan konsekwensi menjadi bidan di pulau nan eksotik, Belitung. Mimpinya terus melambung untuk menjadi penulis, hingga saat ini. Bahkan kiprahnya di persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah sering dijadikan objek sebagai pelepas hasrat menulis.  Dan berkat inisiasi sahabatnya dia sudah memiliki 2 Buku Antologi Cerpen Bersama Tim Tinta Aksara. Bila ingin mengenal tulisannya lebih dekat bisa melalui blog yang dirilisnya sejak 2015. 

Di :  https://dafirastory.blogspot.com/2022/05/html

                                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERIH oleh : Wahyu Heany Prismawati, AM.Keb  Gelisahku kutitipkan kepada untaian bintang di langit malam  kerlipnya menepis gundah seperti t...