PARENTING BAGI REMAJA
Oleh : Wahyu Heany Prismawati, AM.Keb
Pendahuluan
Definisi remaja dari beberapa pendapat yang perlu kita ketahui ada beberapa :
A. Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, (WHO)
B. Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014)
C. Remaja adalah usia 10-24 tahun dan belum menikah
Tentu saja perbedaan pendapat rentang usia remaja tidak perlu menjadi kendala bahkan kita bisa lebih fleksibel dalam implementasi teknis maupun tips parenting bagi anak-anak kita. Worldometer merilis data jumlah penduduk Indonesia hingga 25 April 2022 adalah 3,51 persen dari total penduduk dunia. Dan diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Jumlah pemuda di Indonesia sebanyak 64,92 juta jiwa pada 2021. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah itu setara dengan 23,90% dari total populasi Indonesia.
Komunikasi
Setelah doa benang merah dalam pendidikan usia remaja adalah komunikasi. Memiliki remaja dalam sebuah keluarga adalah sebuah tantangan ibadah yang tidak bisa dipandang sebelah mata maupun dianggap remeh. Penanaman disiplin, kebiasaan-kebiasaan baik maupun bentuk-bentuk aturan, kesepakatan dan kaidah agama tidaklah mudah. Remaja memiliki kondisi psikologis yang tidak stabil terkait pengaruh hormon, watak bawaan maupun tingkat kecerdasan remaja itu sendiri. Teknis komunikasi yang tepat akan mempermudah para orang tua dalam melakukan pengasuhan. Garis besar komunikasi yang diperlukan dalam hal ini ada bebrapa hal.
- Jujur, katakan dengan apa adanya. Remaja yang mendapati kebohongan atas ucapan-ucapan kita akan menjadikan mereka antipati bahkan tidak akan respek lagi dengan kita
- Sabahat, penting dalam berkomunikasi
dengan remaja, orang tua memposisikan diri sebagai sahabat yang mampu memahami
ketidak stabilan emosi yang sering terjadi pada remaja dengan tetap memiliki
syarat dan ketentuan
- Pendengar yang baik, kemampuan
mendengarkan pendapat dan keluhan remaja merupakan salah satu tolo ukur
keberhasilan membangun komunikasi dalam pengasuhan. Melalui kemampuan ini orang
tua dapat menyimpulkan tentang pengetahuan dan kemampuan anak, juga tentang
hal-hal yang disukai dan tidak dikehendaki. Penggalian informasi tentang anak
dapat dilakukan disini dengan menjadi pendengar yang baik
- Komitmen, remaja cenderung mudah patah
arang jika mengetahui pihak lain melakukan pelanggaran sebuah komitmen yang
telah dibuat. Apalagi jika yang melanggar komitmen itu adalah orang tuanya yang
notabene meraka percaya.
- Menjaga rahasia, remaja tidak menyukai
jika privasinya diumbar. Simpanlah dengan baik apa yang sudah dikeluhkan maupun
apa-apa yang pernah mereka sampaikan kepada kita kecuali telah ada kesepakatan.
Hal-hal yang telah kita ketahui tersebut cukup kita jadikan pedoman maupun
bahan pertimbangan dalam pengasuhan
- Maaf, meminta maaf atas sebuah kesalahan
tidak akan menurunkan martabat kita sebagai orang tua. Lakukan jika kita telah
membuat kesalahan. Dengan ini remaja akan melakukan hal yang sama jika
melakukan sebuah kesalahan. Meminta maaf adalah hal yang tidak mudah dan
diperlukan keberanian serta pembiasaan sehingga kita tidak berat melakukannya.
- Penghargaan dan penghormatan, remaja akan respek kepada orang tua yang juga menghargai keberadaannya dan menghormati hak-haknya. Penting menghormati pendapatnya dengan tetap pada koridor sesuai dengan kaidah norma agama dan budaya.
Lingkungan
Jika kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan maka dalam pengasuhan remaja, lingkungan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh cukup besar. Lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan sosial, adalah kehidupan sekumpulam manusia yang ada di suatu lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan ini manusia saling berhubungan dengan masyarakat (Amsyari, 1989).
Lingkungan sosial yang mempengaruhi dalam pengasuhan remaja adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan di luar keduanya.Di dalam keluarga remaja mencermati dan cenderung mencontoh perilaku anggota keluarga seperti ayah dan ibunya, kakak atau saudara yang tinggal di dalamnya. Di sekolah remaja merekam perilaku guru, teman-teman, staf sekolah dan penghuni sekolah lainnya. Demikian halnya dalam lingkungan di luar keduanya yang memiliki area jauh lebih luas lagi termasuk saat ini dengan pesatnya perkembangan teknologi. Setiap orang mampu mengakses internet dengan leluasa. Setiap orang terpapar dengan berbagai hal baik pemahaman norma dan hal lainnya yang dimungkinkan memberi pengaruh dalam pembentukan sebuah kepribadian.
Besaran
pengaruhnya tergantung intensitas dan frekwensi paparan sikap maupun gambaran
yang diperoleh remaja baik secara audio maupun visual. Semakin sering gambaran
tersebut diperolah maka akan semakin erat terekam di otak remaja dan menjadi
sebuah pembiasaan. Sehingga hal-hal baik atau sebaliknya akan terekam dan
secara tidak langsung akan menjelma sebuah pola pada sikap dan perilaku para remaja
tersebut.
Doa orang tua
Adalah hal-hal di luar
kompetensi manusia adalah Rida Allah. Satu hal di luar jangkauan manusia. Rida
Allah adalah Rida orang tua.
"Ridho Allah itu tergantung ridho kedua orang tua dan murka Allah
juga tergantung kepada murka kedua orangtua." (HR. Tirmidzi).
Sangatlah penting bagi para orang tua untuk senantiasa mengingat hal ini agar terpatri dengan baik di dalam hati sehingga menjadikannya dasar dalam pola pengasuhan pada anak-anak kita terlebih remaja. Ketika ibu berkata semesta merestui. Itu merupakan kalimat yang sering kita dengar. Karena pada hakikatnya di jagad raya ini terhubung jaringan-jaringan “internet” sehingga memungkinkan terjadi sebuah kemistri, sambungan-sambungan rasa bahkan ucapan-ucapan yang mengalir menjadi rangkaian doa.
Sebagai muslim sejak awal islam memiliki semua panduannya dalam Alquran. Mulai dari norma pernikahan sebagai wadah dalam pendidikan anak, berikhtiar untuk sebuah kehamilan, menghadapi persalinan, memberikan makanan halal dan thoyibah, termasuk memberikan ASI hingga usia dua tahun, penatalaksanaan pada anak dengan kesulitan prestasi dan kenakalan remaja, bahkan sampai dengan mengantarkan ke jenjang pernikahan dan menunaikan tugas atau bekerja. Semua dipaparkan di dalam Alquran untuk dijadikan sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat muslim.
Belum lagi keluarga-keluarga pilihan yang Allah contohkan
di dalamnya seperti pola pengasuhan Nabi Muhammad SAW. Beliau menunjukkan cinta
dan kasih sayang kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan beliau tidak malu
menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada putrinya, Fatimah Azahra, di hadapan
orang lain sekalipun. Hingga perilaku tersebut menular kepada Fatimah.
Kemudian Nabi Ibrahim, AS yang menunjukkan rasa cinta dan
sayang kepada anak keturunannya melalui doa. Kita ketahui seperti apa keturunan
Nabi Ibrahim AS. Lantas kita mengenal juga Nabi Yakup AS yang sangat piawai
dalam menciptakan kenyamanan berkomunikasi dengan anaknya sehingga Nabi Yusuf
AS tidak segan-segan menceritakan mimpinya. Nabi Yakup AS juga memahami perbedaan
sifat anak-anaknya sekaligus menjaga agar mereka senantiasa saling menyayangi.
Sebagaimana pada Surat Yusuf ayat 5. Tidak ada adu domba di dalamnya,
قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ
فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku!
Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan
membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas
bagi manusia.”
Kemudian yang tidak kalah fenomenalnya adalah Nabi Luqman AS. Allah menganugerahkan kepadanya kemampuan memberikan kebijaksanaan dan nilai-nilai kebaikan kepada anaknya. Dalam Alquran Surat 31, Luqman ayat 16 yang artinya :
“(Lukman berkata), ”Wahai anakku!
Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu
atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan).
Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.” (QS. Luqman 31 : 16)
Diterangkan Nabi Luqman AS memiliki sikap
yang manis dan lembut kepada anaknya, mengajarkan tentang nilai kejujuran, mengingatkan
anaknya untuk menjadi orang yang rendah hati tidak sombong sepanjang hidup dan
menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini terekam dalam
Alquran Surat Luqman ayat 18 yang artinya:
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Luqman 31:18)
Lebih detil lagi Alquran menerangkan
tentang pergaulan dalam islam. Sebuah tema yang cukup popular dalam pendidikan remaja.
Pergaulan sesuai syariat islam.
Allah
menciptakan perbedaan dengan adanya laki-laki dan perempuan dengan keunikan
masing-masing dan memerintahkan kepada kita untuk saling menghargai dan
berinteraksi sesuai dengan syariat islam. Lebih lanjut Alquran juga
mengisyaratkan bahwa pergaulan atau lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku
seseorang termasuk remaja. Isyarat agar bergaul dengan orang-orang sholih
ini dapat kita baca dalam beberapa ayat Alquran yaitu :
1. Surat At Taubah ayat
119 yang artinya :
“Dan hendaklah kamu bersama
dengan orang-orang yang benar (Jujur)”
2. Asy Syuara ayat 99-101
yang artinya :
“Dan tiadalah yang
menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa, maka kami tidak memberi
syafaat seorangpun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab”
3. Al Imron ayat 118
yang artinya :
“Hai orang-orang yang
beriman janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang di luar
kalanganmu karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemadhorotan bagimu”
Dan norma agar menjaga
diri dalam pergaulan diatur dalam Alquran Surat Annur ayat 31 – 32 yang artinya
:
“Katakanlah kepada laki-laki yang
beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman,
hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya”
Bentuk dari
implementasi panduan di atas tentu saja dengan mengarahkan remaja dan keluarga
kita kepada pergaulan yang sehat pergaulan yang baik serta memberikan teladan
sebagai para orang tua yang sholih dan sholikhah yang senantiasa memperbaiki
diri, menjaga dari segala bentuk maksiat.
Cukuplah Allah SWT dan
Rasulullah SAW sebagai penuntun ibadah kita. Ibadah tertinggi, dimana
mempersiapkan keturunan yang sholih dan sholihah agar dapat kita jadikan kunci surga
dan penerus doa ketika kita sudah wafat.
Dari Abu Hurairah RA berkata :
“Rasulullah bersabda,
apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali
tiga. Yaitu sedekah jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang
mendoakan kepadanya” (HR.Muslim)
Anak adalah asset dunia dan akhirat yang
keberadaannya seperti dua sisi mata uang. Saling berlawanan. Beberapa bahkan
sering menjadikannya sebuah alas an untuk tidak memiliki anak yang banyak karena
khawatir tidak mampu mendidik dengan baik. Bagaimana kalau kita mengambil kesimpulan
dari sudut yang berbeda. Berjuang untuk mampu memberikan contoh yang baik agar
mereka meneladani. Karena mereka adalah kunci surga bagi kita para orang tua.
“Ku sesaki kalbu
kalian dengan ayat-ayat sajdah
ku patri agar membekas
hingga jelmakan kendali pada sayap-sayap kalian
rinai kajian ku urai
ku sajikan dalam rindu yang membelenggu langkahku
agar istiqomah lakuku
selaku inang
tak goyah meski raga
terkoyak dan jiwa tersobek seribu sembilu
ku kan tetap di sisi
kalian membayang agar langkah indah tak surut
menggamit agar titian
tak runtuh
memeluk agar tangisan
berganti senandung
bertepuk agar laju
langkah kalian
memekik agar kalian
rasakan gundahku
terus teruskan saja hingga
padam bara maksiat
hingga ujung tepian takdir
menjemput
satu saja ku kan berpinta
pada kalian
doa-doa kalian ketika
barzahku membentang
hingga penantian
akhir zaman bukan nestapa”
Tanjungpandan, 25 Agustus 2022
Dia adalah Wahyu Heany Prismawati, AM.Keb
seorang bidan yang memiliki hasrat besar menulis. Semasa sekolah menengah
sering berkirim puisi di majalah lokal. Namun sekarang terkendala
dengan kesibukannya sebagai ASN di Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung. Dia
memilki seorang suami dan dua orang putra. Terlahir sebagai putri pertama pasangan
bapak dan ibu guru di sebuah desa kecil di Kabupaten Purworejo. Usai
mengikuti Program Pendidikan Bidan Aisyiyah di Yogyakarta, awal tahun 1992
hijrah menunaikan konsekwensi menjadi bidan di pulau nan eksotik, Belitung.
Mimpinya terus melambung untuk menjadi penulis, hingga saat ini. Bahkan
kiprahnya di persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah sering dijadikan objek
sebagai pelepas hasrat menulis. Dan berkat inisiasi sahabatnya dia
sudah memiliki 2 Buku Antologi Cerpen Bersama Tim Tinta Aksara. Bila ingin
mengenal tulisannya lebih dekat bisa melalui blog yang dirilisnya sejak
2015.
Di : https://dafirastory.blogspot.com/2022/05/html