Kamis, 19 Mei 2022

 



SILATURRAHIM KELUARGA MUHAMMADIYAH DAN AISYIYAH KABUPATEN BELITUNG DI PETERNAKAN LEBAH TRIGONA

                                                    Oleh : Wahyu Heany Prismawati, AM.Keb                                                   Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung


      Sebagai organisasi sosial keagamaan Muhammadiyah dan Aisyiyah memiliki pengikut dan simpatisan yang solid. Warga Muhammadiyah dan Aisyiyah dikenal dinamis dalam berbagai kegiatan positif. Amal Usahanya tersebar di seluruh negeri. Milad Aisyiyah 105 tahun ini mengambil tema Perempuan Mengusung Peradaban Utama. Mengembangkan karakter sebagai keluarga berkeadaban, keluarga yang memiliki kasih sayang, saling menghargai, saling menghormati dan saling memuliakan.

      Sejalan dengan hal tersebut Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Belitung juga memiliki agenda kegiatan di setiap bulan dengan menggelar silaturrahim di rumah salah satu warganya secara bergantian. Kegiatan sederhana, yang diawali dengan Tausyiyah dilanjutkan dengan beramah tamah menikmati sajian hidangan rumahan sambil mengobrol membahas kegiatan di organisasi maupun bahasan ringan lainnya yang diselingi dengan foto-foto. Betul, belum lengkap rasanya kegiatan tanpa foto-foto. Huforia gelak tawa saling olok akan mencairkan suasana dan menambah kedekatan kami sebagai satu keluarga persyarikatan. Dan selalu ada bahan yang bisa dijadikan candaan. Terlebih hari ini.

      Silaturrahim kali ini berbeda, sangat tematik. Hari ini kami diundang Bapak Agus Sulistiadi dan Ibu Ida Susanti bertandang ke kebun mereka. Janji pukul 09.00 WIB tiba di lokasi. Melar menjadi pukul 10.00 WIB bahkan ada yang baru tiba di lokasi setelah kami rombongan pertama pamit pulang. Tak mengapa. Kejadian - kejadian lucu hari ini menjadi kenangan indah kebersamaan kami. 

      Lokasi kebun beliau secara geografis tidaklah terlalu jauh ataupun sulit dijangkau. Apalagi bagi yang pernah berkunjung. Dan lokasinya sudah cukup familiar bagi masyarakat sekitar. Hanya saja banyak jalan alternatif yang bisa dipilih untuk menuju lokasi tersebut. Kenyataan ini justru yang membuat kita menjadi kesulitan jika bertanya kepada masyarakat yang kita temui di perjalanan. Mereka cenderung menunjukkan jalan yang berbeda satu sama lain. Sehingga malah semakin membingungkan. Sebetulnya hal ini sudah diantisipasi oleh ahlul bait, Bapak Agus Sulistiadi dengan menggambarkan denah menuju kebun beliau dengan sangat jelas dan beliau kirim ke grup whatsapp. Hanya saja terkadang kita kurang istiqomah dengan petunjuk yang ada. Seperti yang terjadi hari ini. Beberapa ibu tersesat hingga harus dijemput. Tentu saja kejadian ini malah membuat kegiatan ini semakin seru dan menjadi bahan candaan. 

      Penat dan kendala perjalanan langsung terbayar lunas begitu sampai di lokasi. Sebentuk rumah mungil dengan halaman tak seberapa luas dipadati dengan tanaman bonsai jenis Hokianti, kemuning, Santigi dan lain-lainnya gagah bertengger pada meja - meja pajangan yang tertata. Beberapa Aglonema membaur membuat tampilan beranda depan menjadi semakin elegan. Masuk lebih dalam kami disambut dengan indahnya antigonon leptopus sang bunga air mata pengantin, Xanthos Temon dan tumera suburata alias bunga pukul delapan berbaris mengembangkan kelopak kuningnya nan rupawan. Semakin menawan dengan kehadiran varietas tanaman lainnya yang merebak di seantero kebun. Rata-rata jenis tanaman kegemaran lebah trigona. Kemudian di kanan kiri setapak berbaris pokok - pokok kayu rumah lebah lengkap dengan nomornya. Kata beliau "Seperti mobil harus punya BN yu, supaya ngga salah" canda pak Agus diiringi gelak tetamu, ketika disinggung masalah angka-angka yang tertera pada setiap rumah lebah.

      Di salah satu sudut kebun beberapa ibu berceloteh tentang perjalanannya dari rumah hingga tiba di lokasi, sebagian yang lain asyik mengagumi indahnya bunga-bunga, ada juga yang sibuk berpose sambil menyedot langsung madu lebah trigona dari kantong-kantong (pot) madu. Tentu saja tidak lupa menggunakan sedotan khas produk lokal. Sedotan purun. Sedotan yang terbuat dari tanaman purun yaitu semacam tanaman liar yang sejak dahulu para tetua di Belitung menjadikannya sebagai bahan utama untuk menganyam tikar dan produk - produk konvensional lainnya.

       Purun mempunyai rongga besar yang memungkinkan dan bermanfaat untuk menyedot air dan hanya bisa tumbuh di lokasi rawa di Belitung. Kami sangat berbangga demi melihat tayangan Bapak Sandiaga Uno Menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif menampilkan sedotan Purun pada pidato beliau di sidang tahunan PBB, beberapa kesempatan yang lalu. Terimakasih Bapak Menteri.

      Adalah Bapak Agus Sulistiadi sang owner kebun dan ternak lebah ini seorang pensiunan Aparatur Sipil Negara Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, Ide kreatifnya patut diteladani. Sejak sebelum pensiun beliau sudah menyiapkan tempat ini untuk dijadikan pengisi waktu hari-hari beliau semasa pensiun. Bukan setengah - setengah beliau menekuninya. Segala sesuatunya terkait Lebah Trigona telah beliau siapkan sedemikian rupa bahkan beliau menggandeng mitra salah satu bank di Kabupaten Belitung sebagai bentuk kesungguhan beliau. Tidak hanya itu, di salah satu dinding telah terpajang sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia melengkapi deretan foto-foto kegiatan peternakan lebah trigona miliknya.

      Lebah Trigona adalah salah satu jenis lebah tanpa sengat terbesar atau yang biasa dikenal masyarakat dengan sebutan lebah klanceng, hidupnya tidak hanya bergantung dengan polen bunga seperti lebah madu jenis lainnya. Dikenal sebagai penghasil madu dan propolis yang banyak manfaat. Propolis semacam getah yang dikumpulkan lebah dari tanaman bergetah disekitarnyaPropolis dikenal berkhasiat karena kandungan antioksidan, vitamin dan mineral serta asam amino esensial.

       Allah SWT bahkan memberikan nama An Nahl yang berarti lebah pada salah satu surat dalam Alquran. Bukan tanpa maksud. Secara filosofi Lebah memiliki sifat - sifat positif yang semestinya diadopsi pada tatanan kehidupan kita sehari - hari. Lebah merupakan hewan pekerja, memiliki persatuan atau koloni, berjamaah. Memberikan banyak manfaat bagi makluk lain. Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan kata “an” di dalam An Nahl sebagai “an” mashdariyah atau mufassiriyah yang berarti ilham yang diberikan kepada lebah berupa sarang untuk tempat tinggal. Sarang tersebut bisa bertempat di bukit-bukit, pohon-pohon, atau tempat-tempat yang telah disediakan maunusia. Sedang Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan pengertian bahwa lebah telah diberikan Allah ilham untuk menyelesaikan semua persoalan hidupnya. Termasuk juga dimudahkan Allah bagi lebah dalam membuat sarang di gunung-gunug, celah-celah pepohonan, maupun pucuk-pucuk rumah manusia. Wallohu'alam bissawab.

      Suasana kebun meredup. Di sebagian langit menggantung mendung. Kami masih mendengarkan tausyiyah Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Bapak H.Muhammad Turfan Amir, S.Pd. Hari ini beliau mengulas tentang klasifikasi seorang muslim dalam beberapa tahapan, Muslim yang pertama kata beliau adalah muslim pengakuan. Muslim yang diakui dalam bentuk atribut-atribut identitas diri. Yang kedua adalah Muslim yang mukmin, beriman. Kemudian muslim yang mukhsin, seorang muslim yang penuh dengan ikhsan dalam beribadah tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain. Ikhlas. Tahap selanjutnya adalah seorang muslim yang mutaqin, yaitu senantiasa menjaga diri dari larangan Allah dan mengerjakan segala sesuatu yang sudah diperintahkan oleh Allah. Dalam tausyiyahnya beliau juga mengajak kami semua yang hadir untuk menjadi seorang muslim yang paripurna. Kita telah ditempa dalam satu bulan romadhon untuk memperbaiki kwalitas hidup kita pada sebelas bulan selanjutnya. Muslim paripurna memiliki kepekaan terhadap sekitar sehingga mampu memberikan manfaat dalam hidupnya. Lebih lanjut secara spesifik beliau juga menyampaikan definisi jin sebagai mahluk Allah yang pertama diciptakan dari api, hingga ketika membangkang tidak mau bersujud disebut  sebagai iblis. Sedangkan sebutan syaiton adalah pada makna sifat. Yaitu sifat dari iblis yang membangkang.

      Hanya beberapa menit saja beliau bertausyiyah dilanjutkan dengan acara makan-makan dan mengobrol. Menu makan siang tersaji. Kami bergiliran mengisi piring dengan aneka lauk yang tersaji. Nasi putih dengan sayur asam lengkap disertai ikan goreng, lalapan, kerupuk dan sambal belacan. 

      Belacan adalah sebutan terasi bagi masyarakat Belitung.. Terbuat dari udang segar yang diproses dengan fermentasi. Karenanya terasi Belitung terkenal enak dan menjadi salah satu dari sekian banyak oleh-oleh lainnya yang wajib dibeli. Bagi penggemar terasi, rugi apabila berwisata ke Belitung pulang tanpa terasi Belitung. 

      Kelakar para ibu ditingkah denting sendok terhenti sejenak ketika Ibu Ida mendekat dengan sekeranjang botol-botol madu di tangannya. "Bagi souvenir dulu ya" Sontak ibu-ibu Aisyiyah bersorak girang, "Alhamdulillah, murah-murah rejeki ya bu" salah seorang ibu berujar dan disambut "Aamiiinn" serempak oleh ibu - ibu Aisyiyah yang lain. Satu persatu Ibu Ida membagikan. Kami semua membawa pulang madu Lebah Trigona, hari ini. Sehat selalu Bapak Agus Sulistiadi, Ibu Ida Susanti dan keluarga. Semoga Allah berikan keberkahan atas rejeki. 

        Hari semakin siang, kami mulai berkemas untuk pulang menyongsong Adzan Sholat Dhuhur yang tidak lama lagi akan berkumandang. Kami pulang dengan tangan penuh. Sebotol madu lebah trigona dan aneka tanaman bunga. Hari yang indah, berkah silaturrahim. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahim." (HR. Bukhari) [Shahih No.5986 Versi Fathul Bari] 

2 komentar:

  1. Tulisan yang bermanfaat lanjutkan...salam literasi

    BalasHapus
  2. Terimakasih Ibu Nurul motivasinya. Salam kembali

    BalasHapus

PERIH oleh : Wahyu Heany Prismawati, AM.Keb  Gelisahku kutitipkan kepada untaian bintang di langit malam  kerlipnya menepis gundah seperti t...