NADIR
oleh : Wahyu Heany Prismawati, AM.Keb
Ketika terjal berhenti sebagai lapang
kamboja meneduh dengan kelopak-kelopak pucat
kaku layaknya raga di bawahnya
usai sebait tulisan tanpa sayonara
menghilang tak terkendali direnggut Penguasa
olehNYA dituliskan harta, belahan jiwa dan mangkat
tanpa dispensasi tanpa notifikasi
mengalir dan pasti terhenti pada aksara di pusara
Selembar sahaja untuk pulang
bukan sulaman indah untaian mutu manikam
karat tak lagi bermakna tinggal sepotong dzikir memeluk diri
semua tertinggal sebagai kenangan sesaat
tergantikan dengan wewangian dan senandung baru
hilang begitu saja, dipaksa selesai
ribuan pintu terbuka tapi bukan milik
lunas terenggut hingga rebah disudut ruas-ruas bambu
menyatu membumi dalam pekat yang sangat
menanti tilawah menyapa dengan benderang
menanti seikat sujud melepas himpitan raga
menukar barzah yang panjang dengan lelap yang dalam
tak punya lagi pinta tak ada lagi hiba
Tanjungpandan, Juli 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar